Tuesday 30 October 2012

artikel keuangan update

PENTINGNYA INVESTASI

Setiap orang perlu berinvestasi karena nilai uang yang ia miliki akan selalu menyusut tergerus inflasi. Nah, agar uang kita selalu berbiak, kita harus mencari instrumen-

instrumen investasi yang bisa mengalahkan inflasi itu. Karenanya, jangan berpuas diri jika Anda hanya menempatkan duit Anda di deposito. Sebab, deposito sering tak bisa mengalahkan inflasi.


Yang pertama, 
kita perlu melakukan investasi karena kita pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan (needs) maupun keinginan-keinginan (wants) yang jumlahnya sangat banyak. Nah, sebagian kebutuhan atau keinginan itu tak akan bisa terpenuhi jika kita hanya mengandalkan arus dana dari gaji saja. Kebutuhan atau keinginan inilah yang sering disebut sebagai tujuan investasi.
Tujuan investasi ini bisa berupa hal yang sangat sederhana, tapi bisa juga hal yang sangat muluk. Sebagai contoh, kita ambil tujuan yang tengah-tengah saja. Misalnya, Anda ingin membeli sebuah mobil baru seharga Rp 100 juta.

 Jika gaji Anda sebulan sekitar Rp 6 juta dan Anda hanya bisa menyisihkan dana Rp 1 juta per bulan, artinya Anda membutuhkan waktu 100 bulan untuk bisa mengumpulkan Rp 100 juta. Dengan menginvestasikan uang itu, misalnya di instrumen reksadana, mobil itu kemungkinan besar akan terbeli lebih cepat. Soalnya, duit yang kita investasikan itu tidak mandek, tapi terus berbiak.


Nah, agar investasi Anda lebih fokus, para perencana keuangan sering menganjurkan agar Anda menetapkan tujuan investasi terlebih dahulu sebelum benar-benar melakukan investasi. Tujuan investasi itu harus dirumuskan secara jelas; termasuk juga jangka waktunya. Misalnya: “Saya ingin membeli rumah seharga Rp 150 juta lima tahun lagi”. Jika tujuan investasi sudah jelas, Anda tinggal mencari instrumen investasi yang paling pas untuk mencapai tujuan investasi itu.

 
yang kedua, kita juga perlu berinvestasi karena duit kita selalu terpapar kepada inflasi. Selama ada inflasi atau kenaikan harga-harga, nilai uang akan selalu merosot. Nah, agar nilai uang kita tidak tergerus inflasi, kita harus melakukan investasi.


Idealnya tentu saja kita harus mencari instrumen investasi yang bisa memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi. Dengan begitu, nilai uang kita akan selalu tumbuh.


Karenanya, para pakar menilai deposito di bank tak masuk kategori investasi. Sebab, setelah dipotong pajak, bunga deposito itu biasanya belum mampu menutup inflasi. Ini berbeda dengan saham, obligasi, reksadana, atau properti yang sering bisa mengalahkan inflasi.


www.kontan.co.id


Tips Jadi Orang Kaya ala Warren Buffet


Banyak jalan untuk meraih kesuksesan. Jika dalam trading saham dikenal psikologi trading, maka dalam investasi jangka panjang kita mengenal psikologi investasi, atau prinsip-prinsip yang dipegang investor dalam menjalankan investasinya.


Salah satu yang bisa dijadikan pegangan investor adalah Warren Buffet. Bagaimana rahasia psikologi investasi seorang Warren Buffet yang konon memang sangat bijaksana itu?
Psikologi ala Buffet adalah filosofi berinvestasi yang sederhana, namun tak jarang membuat banyak orang salah kaprah.


Rahasia psikologi investasi yang pertama ala Buffet adalah hidup sangat sederhana dan jangan menghamburkan uang. Tabunglah sebanyak mungkin pendapatan Anda untuk kemudian diinvestasikan sehingga uang Anda bisa berkembang.


Sungguh luar biasa, meski Buffet dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia, namun ia masih hidup di rumahnya yang sederhana.


Buffet berprinsip, sebagian besar penghasilannya, ia belikan saham agar asetnya terus bertumbuh. Buffet membelanjakan uangnya untuk membeli aset, sehingga kekayaannya bertambah. Selain itu, Buffet juga sangat menghindari pembelanjaan dan liabilitas (utang).

Bagaimana dengan kita? Praktisi saham Ellen May mengungkapkan menjamurnya mall, gadget, atau fesyen, membuat Anda kerap tergoda bersikap konsumtif. Sebenarnya tidak masalah jika Anda mau menikmati hasil jerih payah Anda untuk bersenang-senang. Namun, sebaiknya tunda kesenangan yang mahal.


Pepatah mengatakan "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. "Tunda kesenangan dan terus membangun aset. Demikian prinsip hidup Warren Buffet, Robert Kiyosaki dan panutan finansial Indonesia Bp Tung Desem Waringin,".


Psikologi investasi yang kedua ala Warren Buffet adalah, jangan gegabah atau terlalu sering membeli saham. Buffet percaya orang sabar adalah orang yang berhasil dalam investasi saham. Artinya, sabar menunggu waktu yang tepat untuk membeli saham.


Kapan waktu yang tepat untuk membeli saham? Menurut Warren Buffet ketika terjadi penurunan harga saham besar-besaran. Masa crash/collapse pada bursa saham seringkali disikapi pelaku pasar dengan penuh rasa panik.

Padahal sebenarnya masa crash pada bursa saham dapat memberi kita kesempatan emas mendulang profit pada investasi saham.


Ketika terjadi crash/collapse di pasar saham, Anda mendapat saham-saham dari perusahaan-perusahaan bagus dengan harga super diskon. 


Harga terdiskon yang dimaksud oleh Warren Buffet bukan saja secara nominal, namun lebih kepada valuasinya. Jika demikian, maka dari kacamata value invetor, koreksi besar-besaran di bursa saham adalah peluang bagus.

Banyak orang takut jika pasar saham turun. Sebenarnya tidak perlu takut, namun hanya perlu antisipasi dan persiapan. Persiapan yang dimaksud adalah menabung sebagian besar dari pendapatan Anda. Jika tiba saatnya, maka Anda akan mempunyai “peluru” yang cukup besar.


Oleh karena itu, sebaiknya jaga baik-baik keranjang telur Anda, dengan mempelajari investasi yang Anda geluti, dan meneliti fundamental emiten yang sahamnya ingin Anda beli.


http://www.investor.co.id/home/tips-jadi-orang-kaya-ala-warren-buffet/43918







Thursday 18 October 2012

20% Masyarakat Menengah Atas Jatuh Miskin Karena Sakit Kritis


Indonesia rawan penyakit kritis dibandingkan negara-negara maju. Berbeda dengan kondisi di negara maju, di Indonesia, 80 persen masyarakatnya jauh dari harapan hidup sehat. Banyak masyarakat kita akhirnya menderita penyakit kritis karena tak kunjung berobat, akibat kekurangan uang. Sementara itu, 20 persen masyarakat menengah ke atas uangnya habis untuk mengobati penyakit berat. Hal ini terjadi karena mereka kurang peduli untuk melakukan pemeriksaan dini.



"Mayoritas penduduk Indonesia cenderung tidak waspada dan menunda pengobatan, sehingga penyakit terlambat diketahui atau sudah telanjur stadium lanjut. Masyarakat seringkali mengabaikan check up atau deteksi dini," ujar pengamat kesehatan Dr Handrawan Nadesul di Jakarta, kemarin.

World Health Organization (WHO) dan World Bank memperkirakan, 12 juta penduduk Indonesia didiagnosa menderita penyakit kritis tahun lalu. Sementara itu, tahun 2008, ada 36,1 juta orang meninggal dunia akibat penyakit kritis.

Berdasarkan banyaknya penderita, penyakit kritis pada urutan pertama di Indonesia adalah jantung, kanker dan tumor, serta hipertensi. Berdasarkan prediksi Kementerian Kesehatan tahun 2011, jumlah penderita kanker akan mendekati penyakit jantung dan stroke, yaitu sekitar 230 ribu. Sementara itu, jumlah pasien kanker, penyakit jantung, dan stroke diproyeksikan mencapai 750 ribu.

Menurut Dr Hendrawan, penanganan penyakit kritis sejak awal sangat penting. Sebab, jika sudah terlambat, biayanya akan semakin tinggi. Check up bisa mengurangi biaya perawatan kesehatan. Pasalnya, semakin dini penyakit diketahui, pengobatan akan semakin mudah dan murah.

Jika sudah stadium lanjut, pengobatan bakal lebih sulit dan biayanya pun mahal. "Meski akhirnya berhasil diobati, penyakit sudah telanjur menyebar. Pasien yang sembuh juga akan cacat, karena salah satu organ tubuhnya telah rusak. Misalnya penyakit stroke, walaupun sudah diobati dan sembuh, pasien tetap saja cacat. Penderita tidak bisa sehat seperti semula, sehingga kualitas hidupnya akan buruk," jelas dia.

Itulah sebabnya, lanjut Handrawan, check up perlu dilakukan. Selain meminimalisasi biaya, deteksi dini bermanfaat untuk menjaga kualitas hidup kita.

"Salah satu kesalahan masyarakat Indonesia adalah masih percaya pada pengobatan alternatif. Ketika merasa nyeri bukannya langsung berobat, malah mampir ke orang pinter dulu. Akibatnya, saat diperiksakan ke dokter, kondisinya sudah ‘terlambat’," imbuhnya.

Handrawan menjelaskan, penduduk Indonesia lebih berisiko terkena penyakit kritis terutama karena enam faktor. 

Faktor pertama adalah wawasan kesehatannya yang masih rendah. Kedua, sistem family doctor belum menjadi tradisi. Ketiga, check up belum menjadi kegiatan rutin. Keempat, tidak semua masyarakat mampu berobat setiap sakit. Kelima, meningkatnya pendapatan kalah cepat dengan percepatan kenaikan ongkos berobat. 

Keenam, dampak globalisasi yang terakulturasi, seperti gaya hidup kebarat-baratan, terutama mengonsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan lemak.

"Menu harian yang tidak sehat menjadi penyebab utama penyakit kanker. Bukan hanya porsi makan yang harus diperhatikan, tetapi juga kualitas makanan yang dikonsumsi," katanya.


Ia memaparkan, jajanan banyak yang mengunakan bahan-bahan kimia yang mengandung zat adiktif. Contohnya, dalam krupuk dan kripik terdapat obat penggaring. Demikian pula dalam mi ada obat antilengket.

“Gula pasir dan bahan penyedap makanan juga mengandung bahan kimia. Orang yang mengonsumsi makanan tersebut dalam menu harian, selama puluhan tahun, tentu beresiko terkena kanker,” tandasnya.

Untuk menghindari kanker, Dr Handrawan menganjurkan mengonsumsi makanan sehat, seperti ubi, singkong dan daunnya, bayam, kangkung, serta buah-buahan. Selain itu, masyarakat juga harus sering berolahraga, misalnya jalan kaki selama 45-50 menit.

"Saat ini, orang-orang yang paling sehat di dunia berasal Okinawa, Jepang. Usia mereka bisa mencapai angka maksimal manusia hidup, yakni 120 tahun. Ini dikarenakan mereka masih mengonsumsi makanan tradisional yang sehat," ujarnya.

Dr Handrawan menjelaskan, penyakit kritis yang beresiko kematian menguras biaya yang tinggi, karena memerlukan terapi yang mahal. Pengobatannya membutuhkan peralatan medis yang canggih.

Biaya itu akan sangat membebani keuangan keluarga. "Oleh karena itu, check up merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan. Bagi yang berpotensi terkena kanker atau orangtua dan keluarganya pernah terkena kanker, sebaiknya check up enam bulan sekali. Sedangkan orang yang tidak berpotensi kanker bisa check up setahun sekali," imbuhnya.

Menjalani gaya hidup sehat dan melakukan check up medis, lanjut Handrawan, merupakan upaya yang efektif untuk meminimalisasi risiko terkena penyakit kritis. Apalagi, kemajuan teknologi saat ini membuat check up medis lebih akurat dalam mendeteksi penyakit kritis sejak dini. (IZN - pdpersi.co.id)