Setiap orang perlu berinvestasi karena nilai uang yang ia miliki akan selalu
menyusut tergerus inflasi. Nah, agar uang kita selalu berbiak, kita harus
mencari instrumen-
instrumen investasi yang bisa mengalahkan inflasi itu. Karenanya, jangan berpuas diri jika Anda hanya menempatkan duit Anda di deposito. Sebab, deposito sering tak bisa mengalahkan inflasi.
instrumen investasi yang bisa mengalahkan inflasi itu. Karenanya, jangan berpuas diri jika Anda hanya menempatkan duit Anda di deposito. Sebab, deposito sering tak bisa mengalahkan inflasi.
Yang pertama,
kita perlu melakukan investasi karena kita pasti memiliki
kebutuhan-kebutuhan (needs) maupun keinginan-keinginan (wants)
yang jumlahnya sangat banyak. Nah, sebagian kebutuhan atau keinginan itu tak
akan bisa terpenuhi jika kita hanya mengandalkan arus dana dari gaji saja.
Kebutuhan atau keinginan inilah yang sering disebut sebagai tujuan investasi.
Tujuan investasi ini bisa berupa hal yang sangat sederhana, tapi bisa juga
hal yang sangat muluk. Sebagai contoh, kita ambil tujuan yang tengah-tengah
saja. Misalnya, Anda ingin membeli sebuah mobil baru seharga Rp 100 juta.
Jika
gaji Anda sebulan sekitar Rp 6 juta dan Anda hanya bisa menyisihkan dana Rp 1
juta per bulan, artinya Anda membutuhkan waktu 100 bulan untuk bisa
mengumpulkan Rp 100 juta. Dengan menginvestasikan uang itu, misalnya di
instrumen reksadana, mobil itu kemungkinan besar akan terbeli lebih cepat. Soalnya,
duit yang kita investasikan itu tidak mandek, tapi terus berbiak.
Nah, agar investasi Anda lebih fokus, para perencana keuangan sering
menganjurkan agar Anda menetapkan tujuan investasi terlebih dahulu sebelum
benar-benar melakukan investasi. Tujuan investasi itu harus dirumuskan secara
jelas; termasuk juga jangka waktunya. Misalnya: “Saya ingin membeli rumah
seharga Rp 150 juta lima tahun lagi”. Jika tujuan investasi sudah jelas, Anda
tinggal mencari instrumen investasi yang paling pas untuk mencapai tujuan
investasi itu.
yang kedua, kita juga perlu berinvestasi
karena duit kita selalu terpapar kepada inflasi. Selama ada inflasi atau
kenaikan harga-harga, nilai uang akan selalu merosot. Nah, agar nilai uang kita
tidak tergerus inflasi, kita harus melakukan investasi.
Idealnya tentu saja kita harus mencari instrumen investasi yang bisa
memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi. Dengan
begitu, nilai uang kita akan selalu tumbuh.
Karenanya, para pakar menilai deposito di bank tak masuk kategori investasi.
Sebab, setelah dipotong pajak, bunga deposito itu biasanya belum mampu menutup
inflasi. Ini berbeda dengan saham, obligasi, reksadana, atau properti yang
sering bisa mengalahkan inflasi.
www.kontan.co.id
Tips Jadi Orang Kaya ala Warren Buffet
Banyak jalan untuk meraih
kesuksesan. Jika dalam trading saham dikenal psikologi trading, maka dalam
investasi jangka panjang kita mengenal psikologi investasi, atau
prinsip-prinsip yang dipegang investor dalam menjalankan investasinya.
Salah satu yang bisa dijadikan pegangan investor adalah Warren Buffet. Bagaimana rahasia psikologi investasi seorang Warren Buffet yang konon memang sangat bijaksana itu?
Psikologi ala Buffet adalah filosofi berinvestasi yang sederhana, namun tak jarang membuat banyak orang salah kaprah.
Rahasia psikologi investasi yang pertama ala Buffet adalah hidup sangat sederhana dan jangan menghamburkan uang. Tabunglah sebanyak mungkin pendapatan Anda untuk kemudian diinvestasikan sehingga uang Anda bisa berkembang.
Sungguh luar biasa, meski Buffet dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia, namun ia masih hidup di rumahnya yang sederhana.
Buffet berprinsip, sebagian besar penghasilannya, ia belikan saham agar asetnya terus bertumbuh. Buffet membelanjakan uangnya untuk membeli aset, sehingga kekayaannya bertambah. Selain itu, Buffet juga sangat menghindari pembelanjaan dan liabilitas (utang).
Bagaimana dengan kita? Praktisi saham Ellen May mengungkapkan menjamurnya mall, gadget, atau fesyen, membuat Anda kerap tergoda bersikap konsumtif. Sebenarnya tidak masalah jika Anda mau menikmati hasil jerih payah Anda untuk bersenang-senang. Namun, sebaiknya tunda kesenangan yang mahal.
Pepatah mengatakan "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. "Tunda kesenangan dan terus membangun aset. Demikian prinsip hidup Warren Buffet, Robert Kiyosaki dan panutan finansial Indonesia Bp Tung Desem Waringin,".
Psikologi investasi yang kedua ala Warren Buffet adalah, jangan gegabah atau terlalu sering membeli saham. Buffet percaya orang sabar adalah orang yang berhasil dalam investasi saham. Artinya, sabar menunggu waktu yang tepat untuk membeli saham.
Kapan waktu yang tepat untuk membeli saham? Menurut Warren Buffet ketika terjadi penurunan harga saham besar-besaran. Masa crash/collapse pada bursa saham seringkali disikapi pelaku pasar dengan penuh rasa panik.
Padahal sebenarnya masa crash pada bursa saham dapat memberi kita kesempatan emas mendulang profit pada investasi saham.
Ketika terjadi crash/collapse di pasar saham, Anda mendapat saham-saham dari perusahaan-perusahaan bagus dengan harga super diskon.
Harga terdiskon yang dimaksud oleh Warren Buffet bukan saja secara nominal, namun lebih kepada valuasinya. Jika demikian, maka dari kacamata value invetor, koreksi besar-besaran di bursa saham adalah peluang bagus.
Banyak orang takut jika pasar saham turun. Sebenarnya tidak perlu takut, namun hanya perlu antisipasi dan persiapan. Persiapan yang dimaksud adalah menabung sebagian besar dari pendapatan Anda. Jika tiba saatnya, maka Anda akan mempunyai “peluru” yang cukup besar.
Oleh karena itu, sebaiknya jaga baik-baik keranjang telur Anda, dengan mempelajari investasi yang Anda geluti, dan meneliti fundamental emiten yang sahamnya ingin Anda beli.
http://www.investor.co.id/home/tips-jadi-orang-kaya-ala-warren-buffet/43918