Wednesday 28 November 2012

Kenapa wanita Indonesia tidak MANDIRI


Hasil survey Citibank Indonesia dalam Citi Fin-Q (Financial Quotient) 2009 yang melibatkan responden wanita menunjukkan bahwa separuh wanita Indonesia tidak mempunyai rencana keuangan. “Sebagian yang telah mempunyai rencanapun belum tentu melaksanakan rencana keuangannya,” ujar Sonitha Poernomo, Vice President Corporate Affairs Head, Citibank N.A. dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, 20 April 2010. 

Padahal, kata dia, memperingatin Hari Kartini, semangat pahlawan wanita itu dicerminkan melalui peran wanita Indonesia dalam bentuk pergerakan hak dan keadilan yang diekspresikan di kehidupan ekonomi, sosial dan politik, namun untuk permasalahan keuangan, boleh dibilang para kaum hawa tidak memiliki kompetensi yang sepadan.. 

Lantas, mengapa wanita Indonesia belum mandiri secara finansial? Berikut 5 alasan utama:

1. Terbuai Asmara .Pada umumnya, saat memasuki jenjang pernikahan, wanita mempersilakan pria untuk bertanggung jawab soal keuangan. Banyak wanita yang diajarkan, bahkan bercita-cita untuk bergantung semata pada pasangannya. Kaum pria sering dianggap lebih memiliki kemampuan untuk memperoleh penghasilan dan bertahan dalam kondisi sulit (survive) sementara wanita tidak. 

Dalam beberapa kebiasaan ataupun tradisi yang dianut di Indonesia, wanita dituntut untuk menurut saja pada suami dengan imbalan proteksi dari segi keuangan. Ketergantungan ini membuat wanita tidak siap jika pasangan mereka kehilangan pekerjaan, mengalami kecelakaan, atau meninggal dunia – sehingga menyebabkan seorang istri harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri. Untuk itu hidup di zaman sekarang, wanita semakin dituntut untuk mandiri dan saling mendukung dalam kehidupan berkeluarga.

2. Terlalu Muda Untuk Menabung .
Pada saat masih berusia muda, umumnya wanita tidak menaruh prioritas untuk menabung demi masa depan. Wanita lebih mementingkan pengeluaran untuk memperbaiki penampilan dan memperoleh hal-hal yang tidak dimilikinya saat masa kanak-kanak. Kecenderungan ini pada akhirnya menjurus pada kebiasaan belanja kompulsif. 

Dengan berjalannya waktu, jumlah pengeluaran semakin meningkat dan semakin sulit untuk menciptakan kebiasaan menabung. Hal yang terbaik untuk mengajarkan nilai uang pada generasi muda adalah dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk mulai bekerja selepas usia remaja dan membiasakan mengelola keuangan pribadi.

3. Tergoda Belanja & Terlilit Utang .
Iklan dan promosi untuk kecantikan, fashion dan kebutuhan rumah tangga semakin meningkatkan selera belanja wanita. Hal ini membuat para wanita merasa bahwa mereka memiliki kendali terhadap pengeluaran, tetapi sayangnya belanja kompulsif ini semakin menggali utang lebih dalam.

4. Terintimidasi Sukses 
Walaupun tingkat penghasilan wanita cenderung lebih rendah daripada pria, kaum wanita terus memperjuangkannya di dunia kerja. Namun kesuksesan di dunia kerja dapat membawa keretakan pada hubungan rumah tangga. Wanita yang memiliki penghasilan lebih tinggi dari pasangan, tangkas menangani pengeluaran dan mengendalikan uang rumah tangga sering dianggap agresif dan tidak feminin baik di mata laki-laki maupun sesama wanita. Untuk menjaga hubungan rumah tangga, terdapat sejumlah wanita yang merelakan hak finansialnya demi keutuhan keluarga.

5. Terdorong untuk Membantu Orang Lain 
Wanita selalu mengutamakan suami, anak, orangtua, anggota keluarga bahkan orang-orang yang tidak mampu. Membantu orang lain memberikan rasa bermanfaat dan rasa senang karena telah berbuat baik pada orang lain. Terkadang wanita melupakan dirinya sendiri, sehingga pengeluaran untuk orang lain terus berjalan dan hal ini sangat berbahaya jika ia dan keluarga terlilit utang. Untuk melanjutkan semangat Kartini guna menciptakan kemandirian wanita Indonesia, maka seyogyanya wanita memperhatikan pengelolaan keuangan. 

Perlu dilakukan skala prioritas dalam mengatur pengeluaran sehari-hari, sehingga sebisa mungkin mementingkan fungsi daripada sekedar gengsi. Wanita perlu menanam kebiasaan menabung dan berinvestasi, menyiapkan dana darurat dan hidup seimbang dengan mementingkan kebutuhan pribadi dan keluarga.

Jenis wanita yang membutuhkan asuransi jiwa

Asuransi jiwa bukan hanya untuk laki-laki lagi. Lewatlah sudah hari-hari ketika semua informasi tentang asuransi jiwa itu condong ke arah laki-laki Chantal Marr, Presiden Asuransi LSM, adalah sangat menyadari fakta bahwa semakin banyak perempuan menjadi mandiri secara finansial.. 

 Kehidupan mereka sering penuh tantangan unik seperti membesarkan anak-anak, mengurus rumah tangga mereka, merawat orang tua tua, atau menyeimbangkan karir dan kehidupan rumah. Bersama dengan kewajiban keuangan mereka seperti pinjaman dan utang, ini ada tugas yang mudah.  

Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa membeli polis asuransi jiwa dapat menjadi cara yang sangat praktis untuk diri mereka sendiri harus memberikan sesuatu yang tak terduga terjadi.
 
Ada lima jenis wanita untuk siapa asuransi jiwa adalah pilihan yang layak:
 
Wanita Single: 
Wanita lajang jarang mempertimbangkan hidup mereka kebutuhan asuransi, biasanya percaya bahwa tanpa tanggungan, mereka tidak perlu cakupan hidup sama sekali. Namun, menjadi tunggal tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab.
 
Ibu tunggal: 
Jika Anda adalah orangtua tunggal, Anda pasti tahu apa yang "memiliki ton tanggung jawab" berarti. Untuk menjaga rumah tangga berjalan, memberi makan anak-anak Anda, lakukan cucian, mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga Anda, dan yang paling penting, membayar tagihan, berarti Anda sedang sibuk sepanjang waktu. Hal ini bahkan lebih menakutkan jika Anda hidup tanpa pasangan.

Bayangkan bahwa Anda kehilangan penghasilan Anda dan menjadi tidak mampu bekerja karena cacat atau sakit. Siapa yang akan memastikan bahwa anak-anak Anda dilindungi dalam keadaan seperti itu? Apakah Anda seorang ibu tunggal atau bercerai, asuransi jiwa dapat membayar biaya dasar bagi Anda.

Dua-Penghasilan Keluarga: Hari-hari ini, itu lebih umum untuk menemukan dual-keluarga berpenghasilan dari sebelumnya. Ketika kedua pasangan bekerja, kebutuhan untuk asuransi jiwa harus sangat dievaluasi. Haruskah baik mitra kerja mati atau menjadi cacat dan dengan demikian tidak dapat bekerja, situasi keuangan mungkin menjadi menghancurkan bagi keluarga. Ibu bekerja dengan asuransi jiwa akan membantu memastikan bahwa masa depan keluarga mereka dilindungi.
 
Stay-at-Home Mothers: 
Jika seorang wanita bukanlah pencari nafkah utama dalam keluarga, ia mungkin tergoda untuk menulis dari ide membeli perlindungan asuransi jiwa sepenuhnya. Kita semua tahu bagaimana menuntut dan sering mahal itu adalah untuk menjalankan rumah dan pada saat yang sama perawatan untuk anak-anak. Dengan asuransi jiwa, seseorang memastikan bahwa ia dan orang-orang yang dicintainya akan memiliki sumber daya yang cukup untuk biaya saat ini dan masa depan pendidikan anak, misalnya. Bahkan jika dia perlu untuk menyewa dukungan, akan ada uang untuk melakukannya.
 
Self-Employed Women: 
Banyak wanita yang bekerja sendiri harus berpikir tentang bagaimana cara mengatasi sakit atau kecelakaan yang membuat mereka tidak mampu bekerja. Faktanya adalah bahwa pekerja mandiri biasanya tidak memiliki manfaat asuransi yang sama dengan perempuan yang bekerja di bisnis. Asuransi jiwa memberikan yang sedikit tambahan perlindungan bagi wanita wiraswasta dan keluarganya.

5 hal yang harus di perhatikan bagi wanita mengenai Keuangannya

Pernahkah kita memperhatikan mall di ciptakan sarana perbelanjaan,butik dll di kota besar yang marak sedang di bangun sepertinya di peruntukan untuk kaum wanita untuk berbelanja bukan,

Wanita itu dikenal sangat konsumtif, mulai dari makanan, pakaian, sampai perhiasan. Ada wanita yang sangat cerdas dalam memanfaatkan uang

Ada paling tidak lima hal yang harus diperhatikan untuk cerdas dalam memanfaatkan uang:

1. Melakukan pencatatan berapa banyak uang yang masuk dan keluar
Mencatat pengeluaran uang yang masuk dan keluar bisa membuat kita menghindari pemakaian uang yang tidak perlu.  Dari pencatatan kita bisa mengetahui untuk jangan sampai belanja melebihi pendapatan.

2. Menyiapkan uang cadangan untuk keperluan darurat
Menyimpan uang untuk keadaan darurat sangat perlu. Jadi jangan menghabiskan uang karena bisa jadi suatu saat kita membutuhkan uang untuk kecelakaan, sakit keras, memperbaiki kendaraan dsb.

3. Jangan berhutang kartu kredit
Sebisa mungkin jangan sampai deh berhutang apalagi memakai kartu kredit. Disamping bunganya yang bisa mencekik juga berurusan dengan debt kolektor tentu jadi bikin susah. Apalagi berhutang kartu kredit itu untuk keperluan konsumtif yang enggak perlu. jangan bayar cuma batas minimum ya, karena bunganya gede banget. hitung aja sendiri kalo ngak percaya.

4. Asuransi
Asuransi itu perlu. Ini untuk menjaga kita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Misal asuransi kesehatan. Kita tahu biaya rumah sakit sangat mahal karena itu dengan asuransi kesehatan kita bisa tenang sedikit kalau suatu waktu kita sakit dan butuh ke rumah sakit. Kita sih jangan berharap sakit tapi kejadian kan tidak bisa terduga.( sedia Payung sebelum Hujan

(wanita ada kok payung di dalam tasnya walaupun belum hujan/ panas yang terik Pasti berasuransi bisa dong )

5. Perencanaan Pensiun
Umur kita makin lama makin tua dan suatu saat kita kan makin tua dan pensiun juga kan. Jadi kita harus menyiapkan uang kita untuk pensiun nanti.

43 Persen Perempuan Belum Punya Asuransi

Krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun lalu membuat kaum pria tidak lagi dapat menjadi satu-satunya pencari nafkah. Perempuan harus turut bekerja untuk menambah penghasilan, atau bahkan menjadi pencari nafkah utama. Tak heran, jumlah perempuan bekerja saat ini semakin meningkat.

Hanya saja, ada sesuatu yang perlu menjadi perhatian. Sebanyak 43 persen dari perempuan bekerja di Amerika ternyata tidak mempunyai asuransi jiwa. Lauren Lyons Cole, pakar keuangan dan perencana keuangan bersertifikat, memberikan pandangan mengapa hal ini bisa menjadi masalah.

Banyak perempuan memiliki pendidikan yang cukup tinggi, namun mereka rupanya belum memikirkan untuk membeli produk asuransi. Jika hal ini terjadi 100 tahun lalu, mungkin bisa dimaklum karena mereka memang tak mampu membelinya. Penghasilan yang mereka dapatkan di sektor informal belum cukup berarti.

Berbeda dengan sekarang, ketika perempuan sudah mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka, dan sudah memiliki kuasa atas penghasilan mereka. Lauren memandang, sudah selayaknya perempuan membutuhkan asuransi jiwa, karena menjadi jaring pengaman bagi mereka. Ketika mereka menjadi pencari nafkah bagi keluarga, dan suatu saat tidak lagi mampu memberikan nafkah tersebut untuk alasan apa pun, mereka harus memastikan bahwa keluarga masih memiliki penghasilan untuk bertahan. Di sinilah asuransi jiwa memenuhi kebutuhan tersebut.

Lauren menambahkan, bahkan perempuan lajang pun sebaiknya membeli asuransi jiwa. Karena, ada beberapa situasi yang mungkin saja membuat asuransi menjadi penolong. Misalnya saja, Anda harus membiayai perawatan orangtua yang sedang sakit. Atau, Anda menjadi satu-satunya anak yang masih tinggal dengan orangtua, dan harus membiayai hidup mereka. Sehingga dapat dikatakan, asuransi jiwa dibutuhkan oleh siapa pun yang memiliki tanggungan.

Hanya saja, sebaiknya Anda tidak membeli asuransi jiwa karena tak tahan dengan rayuan penjualnya, atau karena ikut-ikutan orang lain. Apalagi, Anda sebenarnya tidak benar-benar memahami manfaatnya untuk diri Anda.
Selain itu, ketika membeli proteksi asuransi jiwa, sebaiknya beli proteksi asuransi murni tanpa ada embel-embel investasi. Dengan kata lain, asuransi jiwa dan investasi adalah dua hal yang sebaiknya dipisahkan. Jika Anda ingin berinvestasi, maka berinvestasi lah pada perusahaan manajer investasi, bukan pada perusahaan asuransi. Ada kok, area lain yang lebih baik untuk berinvestasi, seperti logam mulia atau properti.

Untuk mempertimbangkan membeli asuransi jiwa, berikut tipsnya:

1. Pahami mengapa Anda membutuhkannya, khususnya yang berkaitan dengan berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan asuransinya.
2. Sebelum membeli, banyak-banyaklah mencari informasi tentang asuransi jiwa dari orang lain yang memang memahaminya.
3. Minta lah teman Anda untuk merekomendasikan agen asuransi jiwa yang mereka percayai, dan memang punya kemampuan untuk membantu dan melayani nasabah.
4. Belilah ketika kondisi keuangan Anda sehat. Semakin cepat Anda membelinya, sebenarnya semakin baik. Artinya, Anda masih sehat, usia masih muda, dan Anda belum menggunakan uang untuk membayar tagihan-tagihan lain yang memberatkan.
Lipsus Kompas 

Segera Berasuransi Agar Tak Menyesal

PARA pembaca yang budiman, 
saya kembali mengingatkan kepada Anda tentang pentingnya memproteksi diri dan keluarga dengan polis asuransi jiwa guna memastikan kondisi keuangan yang aman (financial security) bagi kehidupan keluarga tercinta saat ini dan pada masa mendatang.

Di tengah munculnya ragam ketidakpastian/kemalangan yang bisa terjadi setiap saat, keputusan Anda untuk memproteksi diri dan keluarga dengan asuransi jiwa merupakan bukti kecintaan dan tanggung jawab Anda kepada keluarga tercinta.

Pada edisi ini ada kisah nyata yang diambil dari Insurance Week edisi September di Amerika Serikat (AS), yang notabene disimak oleh 13 juta pembaca di negeri itu, dan konon dimuat juga di majalah Newsweek.

Artikel tersebut berisi kesaksian (testimony) Mellisa Wandall yang dengan senang hati membagikan kisah hidupnya kepada khalayak, khususnya bagi kalangan keluarga muda agar mereka memahami dan menyadari pentingnya asuransi jiwa di tengah risiko munculnya ketidakpastian pada perjalanan hidup ini.

Keluarga Tetap SejahteraMellisa adalah seorang ibu rumah tangga berusia muda yang saat itu sedang mengandung sembilan bulan. Usia pernikahan Mellisa dengan Mark (suami) baru memasuki tahun pertama. Pasangan suami-istri ini sedang menunggu momentum bahagia, yakni kelahiran anak pertama mereka.

Suatu malam Mellisa memutuskan untuk beristirahat di rumah dan dia tidak mendampingi Mark, yang hendak makan malam di luar rumah bersama kakak laki-laki Mellisa.

Sebelum Mark meninggalkan rumah, Mellisa sempat memberikan kecupan sayang bagi suami tercintanya. Ternyata malam itu merupakan malam perpisahan untuk selamanya bagi Mellisa karena suaminya tercinta tidak pernah kembali ke rumah.

Apa yang terjadi? Mengapa Mark tidak bisa mendampingi Mellisa pada perjalanan hidup mereka selanjutnya? Sepulang dari makan malam bersama kakak ipar, Mark mengalami kecelakaan lalu lintas secara tragis.

Dia meninggal dunia karena mobil yang dikendarainya ditabrak mobil lain yang melaju kencang dan menyerobot lampu merah. Mellisa begitu berduka karena dia tidak pernah berpikir bahwa kejadian itu bisa menimpa suaminya. Singkat cerita, Mark meninggal dunia tidak sampai seminggu setelah mereka merayakan ulang tahun pertama perkawinan.

Berselang 19 hari setelah kepergian Mark, putri mereka pun lahir dan diberi nama Madison Grace. Kebahagiaan di tengah suasana haru pun mewarnai kelahiran putri tercintanya. Bahagia dirasakan oleh Mellisa karena putri tercintanya lahir dengan selamat. Perasaan haru pun memenuhi hatinya karena Mark tidak ada di tengah momentum kelahiran putri tercintanya.

Dalam sekejap mata kebahagiaan Mellisa sebagai pasangan muda sirna karena munculnya kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya tersayang.Mellisa harus menyandang status janda sekaligus single parent bagi Madison Grace.

Jauh hari sebelum munculnya musibah Mark telah mengambil keputusan yang bijak demi kebahagiaan keluarga tercinta. Sebagai agen asuransi yang berusia muda, Mark sudah mempersiapkan satu skema keamanan keuangan keluarga.

Mark telah mempersiapkan dan membeli polis asuransi jiwa guna mengantisipasi munculnya risiko kemalangan yang bisa menimpa diri dan keluarganya di kemudian hari. Mark menyadari betul pentingnya memproteksi keluarga tercinta dengan polis asuransi demi memastikan terakomodasinya kebutuhan keuangan keluarga bila suatu waktu kemalangan yang tragis terjadi padanya dan keluarganya.

Sepeninggal Mark manfaat polis asuransi jiwa memungkinkan Melissa untuk berhenti dari pekerjaannya dan berperan maksimal sebagai seorang ibu. Perjalanan hidup Mellisa dan Madison bisa terjamin dengan baik, begitu pula dengan kebutuhan dana untuk biaya pendidikan Madison hingga ke perguruan tinggi kelak.

Polis asuransi jiwa memungkinkan bagi Mellisa untuk memelihara semangat dan cinta kasih mendiang suaminya dalam perjalanan hidup mereka selanjutnya.

Dari kesaksian tersebut,ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kesadaran Mark dalam memproteksi diri dan keluarganya dengan skema asuransi jiwa sejak dini. Bagaimana dengan Anda? Apakah kebutuhan keuangan keluarga Anda sudah terlindungi oleh polis asuransi jiwa?

Apakah Anda sudah memproteksi diri dengan polis asuransi jiwa sehingga risiko kemalangan yang muncul nantinya tidak berakibat pada beratnya beban finansial yang harus menjadi tanggungan keluarga yang Anda tinggalkan?

Anda mungkin berpendapat bahwa kejadian tersebut belum tentu terjadi dalam kehidupan Anda dan keluarga, terlebih bila saat ini Anda masih berusia muda. Persepsi inilah yang kerap membuat keluarga-keluarga muda lebih mengutamakan kemeriahan resepsi pernikahan atau perjalanan bulan madu ketimbang kesadaran untuk memproteksi keluarga yang baru saja terbangun.

Skema asuransi jiwa mungkin belum menjadi prioritas kebutuhan bagi kebanyakan keluarga muda. Urgensi berasuransi jiwa bisa jadi muncul dalam kehidupan keluarga manakala mereka sudah mempunyai anak-anak dan kondisi keuangan sudah cukup mantap.

Faktanya, kisah kematian Mark pada usia muda dan menjelang kelahiran putri pertamanya merupakan satu fakta bahwa kemalangan bisa terjadi kapan saja dan pada diri siapa saja.

Itu sebabnya Anda jangan menunda pemenuhan kebutuhan asuransi jiwa bagi keluarga tercinta. Sebelum semuanya terlambat, segera lengkapi keluarga Anda dengan polis asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan yang cukup. Kesungguhan hati Anda untuk menghindarkan keluarga tercinta dari risiko finansial merupakan langkah mulia demi kebahagiaan keluarga Anda nantinya.(*)
economy.okezone.com

Memilih asuransi sebagai pilihan alternatif ?

Biaya hidup di masa depan sangat mungkin bertambah besar. Di samping itu, peristiwa yang tidak diinginkan seperti kecelakaan dan musibah bisa terjadi kapan saja. Jika hari ini bisa menyekolahkan anak, esok hari belum tentu mampu mengantarkan buah hati ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hari ini masih bisa kerja, besok belum tentu demikian. Masa depan yang tidak pasti ini yang mendorong banyak orang berkeinginan memiliki asuransi, produk yang menawarkan perlindungan atas terjadinya risiko yang kemungkinan bakal menimpa seseorang.

Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor,tingkat kesadaran memiliki asuransi masyarakat Indonesia saat ini bisa dikatakan masih cukup rendah. Masyarakat belum sepenuhnya memahami akan pentingnya memiliki asuransi. Upaya meningkatkan kesadaran ini perlu dukungan dari semua pihak, tidak terkecuali pemerintah dan perusahaan asuransi itu sendiri. “Pemerintah bisa membantu penguatan edukasi di lapangan, sedangkan perusahaan asuransi juga jangan pernah lelah memperkuat kinerja agennya,” kata Julian kepada Seputar Indonesia (SINDO),Sabtu (19/05).

Pemahaman meningkatkan kesadaran masyarakat supaya memiliki asuransi bisa dilakukan dengan upaya melakukan promosi di berbagai media baik cetak maupun televisi.Pemahaman melalui media ini bertujuan agar masyarakat mudah mendapatkan informasi dan cepat mencernanya. Selama ini kurangnya kesadaran masyarakat memiliki asuransi dinilai sebagai akibat dari kosongnya pemahaman mengenai pentingnya asuransi dalam pendidikan formal dan nonformal.

Maka dari itu, saat ini sedang diupayakan kurikulum sekolah bisa memuat pelajaran tentang asuransi. Kesadaran untuk memiliki asuransi perlu ditanamkan ke seluruh lapisan masyarakat bahkan sejak dini sekalipun. Sekarang ini target penanaman kesadaran akan pentingnya memiliki asuransi harus mulai ditujukan kepada generasi muda. Pasalnya, selain dinilai sebagai pasar potensial untuk penjaringan jasa asuransi di masa depan,generasi muda masih memiliki masa depan yang panjang.

“Kesadaran berasuransi sejak dini bisa dimulai dari usia pelajar atau mahasiswa, sehingga mereka bisa mengerti jaminan kehidupan mereka di masa mendatang,”kata Julian. Sementara,menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apprindo) Nanan Ginanjar, sebaiknya sudah dari lahir seseorang memiliki asuransi,apakah itu asuransi jiwa maupun asuransi pendidikan.

Karena, semakin muda usia seseorang berasuransi,premi yang dibayarkan pun semakin sedikit. “Selain itu, seseorang tidak khawatir lagi apakah setelah lahir buah hatinya nanti ada sesuatu hal yang tidak diinginkan, apakah itu kecelakaan atau lainnya,” ungkap Nanan. Manfaat mengikuti asuransi tidak hanya berguna untuk memproteksi jiwa maupun harta, tetapi juga untuk investasi di masa depan seperti halnya asuransi pendidikan.

Dengan asuransi, biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit akan dijamin bila jatuh sakit. Dengan asuransi pula akan mendapat jaminan hidup di hari tua. Anak pun akan dijamin biaya pendidikannya hingga ke jenjang pendidikan tinggi.“Pokoknya,dengan asuransi, masa depan dijamin lebih aman. Itulah manfaat dari memiliki asuransi,”ujar Nanan. Perlindungan bukan hanya diperlukan untuk masa depan pribadi, namun juga bagi perusahaan.

Sebagai institusi usaha, perusahaan berpeluang menghadapi kendala seperti kecelakaan pada aset maupun sengketa perdata akibat operasi usaha. Hal ini bisa terjadi pada semua jenis usaha. Menurut Chairman Protection and Indemnity (P&I) Club Indonesia Bambang Ediyanto, salah satu usaha yang berpotensi menghadapi peristiwa buruk adalah usaha di sektor maritim, seperti perkapalan. Dia mengakui, masih sedikit pengusaha pelayaran yang memberikan perlindungan menyeluruh pada unit usaha mereka.

Salah satu perlindungan yang jarang mereka jaminkan adalah perlindungan menyeluruh atas kecelakaan, baik di pelabuhan maupun di laut lepas.“Banyak pengusaha pelayaran yang tidak antisipasi terhadap tuntutan pihak ketiga terhadap kecelakaan seperti merusak dermaga atau menumpahkan bahan bakar dan minyak ke laut,”kata Bambang.

Perlindungan yang bisa diberikan P&I Club ini juga belum disadari pemerintah.Pemerintah masih menganggap P&I belum diperlukan. Terbukti, pemerintah belum mewajibkan kepada pengusaha pelayaran.Padahal sejumlah negara hanya mengizinkan kapal yang sudah bergabung dengan P&I Club yang boleh masuk pelabuhan untuk melindungi aset pelabuhan mereka.

“Namun, saya yakin kesadaran untuk bergabung dengan P&I akan semakin besar setelah perusahaan dan pemerintah memahami manfaat yang diperoleh,”kata Bambang. nafi’ muthohirin/ che
erli/islahuddin  
Sumber:

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496392/

Membangun Kesadaran untuk Berasuransi untuk Menciptakan Masyarakat Mandiri dan Sejahtera



Hidup yang kita jalani selalu ada kesempatan, akan tetapi juga penuh dengan risiko yang tidak dapat kita prediksi dengan pasti sebelumnya. Risiko tersebut dapat berupa beban risiko atas diri sendiri, keluarga, maupun harta yang kita miliki. Keadaan yang tampak cemerlang dan baik-baik saja seketika dapat berubah menjadi begitu suram dan sukar. Akan sangat sia-sia, misalkan jika peristiwa yang terjadi di luar kendali kita, seperti banjir, kebakaran, huru-hara menghanguskan hasil kerja keras kita dalam sekejap mata. 

Belum lagi perekonomian nasional yang belum juga stabil sedikit banyak mendatangkan kegalauan terhadap masa depan di masyarakat. Betapa tidak, inflasi tiap tahun terus terdongkrak. Akibatnya, biaya hidup semakin mahal, termasuk juga biaya kesehatan. Bila hari ini bisa menyekolahkan anak, besok belum tentu mampu menghantarkan anak ke jenjang pendidikan tinggi. Hari ini masih bisa bekerja, besok belum tentu demikian. Sebab tidak ada kepastian masa depan dunia usaha. Masa depan yang tidak pasti inilah yang mendorong orang berkeinginan memiliki asuransi. 



Dengan asuransi, biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit akan dijamin bila Anda jatuh sakit. Dengan asuransi pula, Anda akan mendapat jaminan hidup hari tua. Anak Anda pun akan dijamin biaya pendidikannya hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Sehingga dengan asuransi, masa depan dijamin lebih aman. Itulah manfaat dari memiliki asuransi.

Akan tetapi belum semua orang menganggap bahwa berasuransi merupakan suatu hal yang penting, dengan kata lain kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi masih kurang. Tulisan ini akan membahas faktor apa saja yang menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi, dan upaya yang dapat dilakukan baik oleh perusahaan asuransi maupun pemerintah sebagai regulator untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi sebagai salah satu sarana finansial dalam tata kehidupan ekonomi rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko finansial yang timbul sebagai akibat dari risiko yang paling mendasar, yaitu risiko alamiah datangnya kematian, maupun dalam menghadapi berbagai risiko atas harta benda yang dimiliki.

PENGERTIAN, PELAKU, DAN PRINSIP ASURANSI
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.
Sedangkan menurut UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Namun demikian untuk mengasuransikan suatu risiko, ada beberapa karakteristik atau ciri yang harus dipenuhi. Menurut Dahlan Siamat, dalam Manajemen Lembaga Keuangan (2005), resiko-resiko tersebut harus memenuhi sifat berikut, yang sering disingkat dengan LURCH, yaitu:

(a) Loss
Berarti bahwa resiko yang dapat diasuransikan harus berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian (loss).

(b) Unexpected
Tidak dapat diperkirakan kepastian resiko tersebut benar-benar terjadi, seperti habis atau rusak karena dipakai.

(c) Reasonable
Resiko yang dapat dipertanggungkan adalah benda yang memiliki nilai, baik dari pihak penanggung maupun pihak yang tertanggung.
(d) Catastrophic
Supaya resiko dapat digolongkan sebagai insurable, resiko tersebut haruslah menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang besar atau sangat besar.
(e) Homogeneous
Berarti sama atau serupa dalam bentuk atau sifat. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip the law of large numbers. Seandainya kita ingin mengetahui besarnya kemungkinan kerugian suatu benda, kita harus memiliki jenis pertanggungan yang serupa sebagai bahan perbandingan untuk memperkirakan kerugian yang mungkin terjadi tersebut.
Setiap aktivitas tentu melibatkan beberapa pihak untuk mencapai tujuannya, begitu pula dengan kegiatan perasuransian dimana terdapat pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak ini disebut sebagai pelaku asuransi yang terdiri dari :
(a) Nasabah
Yaitu orang/badan yang mengalihkan/transfer risiko terhadap pihak lain dengan pembayaran berupa premi kepada perusahaan asuransi.
(b) Perusahaan Perasuransian
Dalam UU No. 2 Tahun 1992 Perusahaan Perasuransian adalah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, dan Perusahaan Konsultan Akturia.
(c) Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai regulator (pembuat kebijakan) untuk menciptakan usaha yang sehat dan bertanggung jawab, yang sekaligus mendorong kegiatan perekonomian pada umumnya.
Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan-perusahaan asuransi ini memegang beberapa prisip yang disebut dengan prinsip asuransi, yaitu:
(a) Insurable Interest
Insurable interest berarti pelanggan mempunyai suatu kepentingan yang dapat diasuransikan. Hal ini timbul dari hubungan finansial yang diakui hukum. Orang dikatakan memiliki insurable interest atas obyek yang diasuransikan bila orang tersebut menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah atas obyek tersebut. Apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan terbukti bahwa orang tersebut tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka orang tersebut tidak berhak menerima ganti rugi.
(b) Utmost Good Faith
Ulmost good faith prinsip yang menyatakan tertanggung, calon pemegang polis, wajib memberi tahu penanggung secara jelas dan teliti mengenai fakta-fakta terkait barang yang akan diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi. Prinsip ini juga berlaku bagi perusahaan asuransi, yaitu kewajiban menjelaskan risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan secara jelas dan teliti.
(c) Indemnity
Indemnity merujuk pada klaim yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada pihak tertanggung. Dimana perusahaan asuransi harus mengembalikan posisi keuangan klien ke posisi sesaat sebelum terjadi kerugian. Namun demikian, tertanggung tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang diderita. Dengan kata lain asuransi berprinsip ganti rugi, bukan ganti untung.
(d) Subrogation
Subrogation adalah pengalihan hak tuntut tertanggung kepada pihak ketiga apabila penanggung telah membayarkan sejumlah ganti rugi sejumlah kerugian yang diderita. Prinsip ini bertujuan untuk menghindari terjadinya ganti rugi dobel dan mencegah tertanggung menarik keuntungan dari kerusakan/kehilangan harta bendanya.
(e) Contribution
Contribution adalah hak penanggung meminta penanggung lain untuk berbagi kewajiban membayar ganti rugi. Prinsip ini biasanya berlaku antar perusahaan asuransi yang saling berbagi resiko untuk mengantisipasi kemungkinan klaim untuk objek yang bernilai besar.
(f) Proximate Cause
Dalam praktek asuransi, kadang-kadang sangat sulit menetapkan suatu peristiwa yang dianggap sebagai penyebab yang paling dominan atau paling efisien menimbulkan kerugian. Dimana sering terjadi peristiwa yang bukan merupakan peristiwa tunggal (single perils), tetapi merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan sehingga sering terjadi kontroversi dan perdebatan dalam menetapkan kejadian utama penyebab kerugian. Prinsip proximate cause dapat menjadi solusi untuk masalah ini.
MANFAAT ASURANSI BAGI PEREKONOMIAN
Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah yang memadai, sehingga diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengerahkan dana investasi, khususnya yang bersumber dari tabungan masyarakat. Sektor asuransi merupakan salah satu sektor yang dijadikan sarana pengumpulan dana dari masyarakat. Pengumpulan dana ini dilakukan melalui upaya perusahaan asuransi untuk mengumpulkan dana dalam bentuk pendapatan premi. 

Pendapatan premi memegang peranan yang sangat penting dalam usaha asuransi. Pendapatan premi diperoleh perusahaan asuransi (penanggung) dari nasabah (tertanggung) karena sudah bersedia untuk mengambil alih risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Dana yang terkumpul dari para nasabah memungkinkan perusahaan asuransi untuk melakukan investasi, baik investasi terhadap jasa asuransi sendiri maupun untuk investasi dalam bentuk lain di luar jasa asuransi. Investasi dalam jasa asuransi dilakukan dengan cara mengeluarkan berbagai macam produk asuransi. Setiap produk tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap laba perusahaan asuransi.
Secara umum manfaat asuransi bagi perekonomian dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Transfer Risiko (Risk Transfer)
Penyedia asuransi menyediakan keamanan bagi individu dan perusahaan, serta memungkinkan mereka untuk mengambil aktivitas berisiko. Memiliki Asuransi berarti bahwa individu-individu dan bisnis-bisnis tidak perlu menjaga cadangan kas yang berlebihan untuk menjaga diri mereka terhadap risiko. Asuransi membebaskan mereka untuk mengeluarkan biaya dan berinvestasi. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan iklim berinvestasi yang pada akhirnya memberi dampak positif bagi perekonomian secara keseluruhan.
(2) Penilaian Berbasis Risiko (Risk Based Pricing)
Asuransi membantu untuk mengarahkan investasi dan mendorong peningkatan bisnis, dengan menunjukkan biaya-biaya riil dari resiko terhadap perusahaan individu dan industri-industri. Perusahaan asuransi menentukan tingkat premi yang merefleksikan kemungkinan kerugian, yang dihitung dengan melakukan perhitungan langsung berdasarkan pengumpulan risiko-risiko yang serupa atau dengan menghubungkan premi terhadap pengalaman klaim yang pernah terjadi sebelumnya. Jika premi merefleksikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan benar, maka ada insentif untuk mengurangi risiko karena hal ini akan mengurangi hutang premi. Ketika harga asuransi meningkat, individu maupun perusahaan menghadapi insentif yang besar untuk memperbaiki perilakunya. Hal ini akhirnya juga memberi dampak yang menguntungkan pada perekonomian secara keseluruhan.
 
(3) Fungsi Investasi (Investation Function)
Perusahaan asuransi membangun aset setelah menerima premi yang dibayar di muka. Dengan berinvestasi secara produktif, pihak asuransi dapat menghasilkan tingkat penghasilan yang memungkinkan mereka memberikan tingkat premi yang lebih rendah. Pihak asuransi bahkan dapat meningkatkan efisiensi dalam sistem keuangan dengan menjadi pihak penghubung keuangan, dimana mereka mengurangi biaya transaksi yang mempertemukan penyimpan dan peminjam. Pihak asuransi juga menghasilkan likuiditas dengan menggunakan pendapatan premi untuk menyediakan modal jangka panjang. 

Pihak asuransi juga memfasilitasi skala ekonomi dalam investasi, yaitu dengan mengumpulkan jumlah dana yang besar dari ribuan pemegang polis yang dapat digunakan untuk kebutuhan pembiayaan dari proyek-proyek besar, sehingga mendorong efisiensi perekonomian serta membuat hidup menjadi lebih fleksibel dan tidak tergantung pada pendanaan dari pemerintah.
KESADARAN MASYARAKAT AKAN PENTINGNYA ASURANSI
Banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan dari asuransi. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya. Asuransi sebagai badan yang menerima risiko, telah terbukti ampuh dalam melindungi aset-aset paling berharga dari tiap individu maupun badan usaha. Namun kesadaran masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan asuransi masih sangat rendah. 

Banyak faktor penyebab terjadinya kondisi demikian, antara lain adalah:
1. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Pendapatan yang Rendah)
Ditengah kondisi masyarakat yang tingkat pendapatannya masih rendah, boleh jadi asuransi belum merupakan sebuah kebutuhan, apalagi dianggap sebagai gaya hidup (life style). Masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak ketimbang menyisihkan sebagian penghasilan untuk keperluan proteksi diri dan harta bendanya. Apalagi, jika mengharapkan masyarakat memandang asuransi sebagai instrumen investasi, mungkin masih terlalu jauh.
Banyak masyarakat yang tidak satu pun memiliki polis asuransi, kendati untuk yang vital sekalipun, asuransi kesehatan misalnya, lalu asuransi untuk hari tua/dana pensiun. Alasan mereka karena penghasilan yang tak memadai. Di tengah masyarakat, mungkin tidak jarang kita mendengar ucapan bahwa jangankan berasuransi, menabung sebagian kecil saja penghasilan untuk kebutuhan mendadak masih sulit bagi sebagian besar masyarakat. Sehingga menyisihkan sebagian pengeluaran untuk premi yang identik dengan menabung tidak mampu dianggarkan.
Demikian pula dalam hal perlindungan harta benda, kesadaran masyarakat untuk melindungi harta bendanya dengan asuransi masih dianggap sebagai tindakan buang-buang uang. Membayar premi setiap tahun secara teratur, sedangkan manfaat yang diperoleh sering dirasakan tidak sebanding.
2. Faktor Budaya
Selain pendapatan yang rendah dari sebagian besar masyarakat kita, faktor budaya juga mempengaruhi sikap masyarakat untuk berasuransi. Asuransi untuk hari tua misalnya, belum dinilai perlu untuk memilikinya. Padahal jika ada umur panjang, seseorang pasti akan menjalani hari tua. 

Orang tua kita umumnya masih menyandarkan harapannya terhadap anak-anaknya. Anak seolah-olah dianggap sebagai “asset” sehingga kemandirian hidup hingga usia senja kurang dipersiapkan. Jika saja orang tua mampu membayangkan bahwa dirinya kelak menjadi tua dan anaknya tak bisa merawatnya karena kesibukannya atau perekonomian keluarganya kurang mampu, tentu ketika masih muda orang tua ini akan terpacu dengan berbagai cara untuk berasuransi. Memang, kewajiban anak untuk tetap berbakti kepada orang tua, tapi orang tua pun harus berpikir bahwa anaknya telah memiliki kehidupannya sendiri.
 
Selain itu juga, perikehidupan yang baik dalam masyarakat kita seperti gotong-royong, saling menolong kadang mempengaruhi ketidakmandirian seseorang. Sehingga mempengaruhi etos kerja seseorang. Banyak yang berpikir bahwa masa depan urusan nanti, yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan sekarang. Hal ini pun bisa mempengaruhi kesadaran masyarakat akan pentingnya berasuransi.
3. Sosialisasi Tentang Asuransi
Kapasitas dunia usaha asuransi yang masih tergolong rendah sehingga upaya melakukan edukasi kepada publik masih terbatas. Padahal, edukasi itulah yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, paling tidak pemahaman masyarakat akan pentingnya berasuransi. Tidak mengherankan jika pengetahuan masyarakat tentang asuransi masih sangat minim.
4. Infrastruktur Perasuransian
Masyarakat yang tercatat sebagai penabung, deposan, dan giran di perbankan sudah cukup memadai. Meskipun itu belum dapat dijadikan ukuran tingkat keterjangkauan bank terhadap masyarakat. Namun, secara kasat mata dapat dilihat bahwa penetrasi pasar perbankan semakin meluas, hingga menjangkau masyarakat pelosok desa. Kantor-kantor cabang perbankan sudah masuk sampai wilayah kecamatan.
Sedangkan asuransi, baru menjangkau  ibu kota provinsi. Kalaupun ada yang telah menembus pasar di tingkat ibu kota kabupaten, itu pun masih bisa dihitung dengan jari. Artinya, infrastruktur perasuransian memang jauh tertinggal, kalah dibandingkan perbankan. Tidak mengherankan jika asuransi masih menjadi sesuatu yang baru bagi sebagian masyarakat.
MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT BERASURANSI
Kesadaran berasuransi berangkat dari pengalaman manusia bahwa banyak hal yang tidak diinginkan kelak dapat mengubah arah kehidupan seseorang. Namun tidak semua orang berpikir demikian, buktinya penetrasi industri asuransi dalam perekonomian nasional masih sangat rendah. Hal ini sangat ironis, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang begitu besarnya mencapai 240 juta jiwa.  

Inilah pekerjaan rumah seluruh komponen industri asuransi yaitu membangun kesadaran masyarakat berasuransi untuk menyiapkan masa depannya yang lebih baik, meyediakan perlindungan diri dan aset-asetnya di tengah ketidakmampuan pemerintah menyediakan jaminan social yang memadai.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membangun kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Untuk memajukan industri asuransi perlu serangkaian kebijakan/regulasi yang kuat dari pemerintah. Hal satu ini harus diakui memang masih lemah, terutama dalam hal perlindungan bagi nasabah. Perlindungan bagi pemegang polis/nasabah harus kuat, karena merekalah pemilik dana yang dikelola penyelenggara asuransi. 

Mereka pulalah yang akan mengambil manfaat dikemudian hari. Selain itu, Kebijakan pada industri asuransi juga ditekankan pada peningkatan kualitas manajemen perusahaan. Upaya untuk meningkatkan integritas dan kualitas dari direksi dan komisaris perusahaan asuransi, salah satunya, dilakukan dengan menyempurnakan peraturan mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan, termasuk di dalamnya, pelaksanaan fit and proper test.
Berbeda dengan perbankan, di mana masyarakat datang ke bank untuk bertransaksi, pelaku industri asuransilah yang harus lebih banyak menjemput bola atau dengan kata lain proaktif. Masih sedikit masyarakat yang memiliki kesadaran datang ke perusahaan asuransi. Tapi suatu saat nanti setelah kesadaran masyarakat akan pentingnya berasuransi sudah tinggi, masyarakat sendiri yang datang ke perusahaan asuransi. Saat ini paling efektif pelaku industri yang menjemput bola, bahkan harus “merayu” masyarakat agar bersedia menjadi peserta asuransi.
Informasi tentang manfaat asuransi dan bagaimana berarusansi belum banyak diketahui masyarakat. Selama ini, kita nyaris tidak pernah melihat acara mengenai asuransi yang digelar bagi umum, misalnya lewat pameran atau diskusi. 

Padahal cara ini selalu dilakukan para pengembang setiap tahun. Bank yang saat ini sudah memasyarakat, antara lain, juga berkembang berkat forum yang digelar. Sehingga diperlukan edukasi dan sosialisasi yang kontinu dan sistematik, dengan harapan jumlah pemegang polis akan meningkat signifikan. Bentuk sosialisasi lain yang cukup efektif adalah lewat pendidikan formal, ada baiknya jika pendidikan asuransi diperkenalkan kepada siswa sejak sekolah dasar.
Kalangan pelaku asuransi harus pula berbenah. Agen yang berada di garda paling depan industri asuransi juga tak kalah penting dan mendesak pembenahannya. Mulai dari sistem perekrutan, pendidikan dan latihan, serta kepiawaian menyampaikan informasi asuransi, dan menjelaskan produk-produknya kepada masyarakat secara jelas, jujur, dan transparan. Para agen perlu lebih agresif dan berpengetahuan. Sudah saatnya para agen memiliki pengetahuan sebagai perencana keuangan yang menawarkan solusi total kepada nasabah. Selain itu, pelayanan terhadap klaim dari nasabah juga harus dilakukan secara professional. 

betapapun bagusnya sosialisasi tentang asuransi, semuanya tidak akan ada gunanya jika para pemegang polis kecewa terhadap pelayanan dan klaim yang dipersulit. Saat merayu nasabah para agen begitu manis, tapi ketika pemegang polis mengajukan klaim, berbagai alasan penolakan dilontarkan, sehingga semakain memperburuk citra asuransi. Apabila pelayanan terhadap klaim yang dilakukan nasabah dilakukan secara professional dan tidak dipersulit, niscaya nasabah tersebut dengan senang hati akan merekomendasikan perusahaan yang bersangkutan kepada rekannya yang mencari asuransi.
Strategi pemasaran merupakan salah satu senjata bagi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasar. Pada dasarnya strategi pemasaran adalah mencari kecocokan antara kemampuan internal perusahaan dengan peluang eksternal yang ada di pasar. 

Mencari kecocokan ini merupakan tanggung jawab dari bagian pemasaran untuk menerapkan strategi pemasaran yang sesuai dengan produk yang dihasilkan dan sesuai dengan dengan segmen pasar yang ingin dituju oleh produk yang diluncurkan. Pemasaran produk asuransi dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan bank (bancassurance), sehingga asuransi dapat meluaskan jangkauannya di tengah-tengah masyarakat, sampai desa sekalipun. 

Dengan demikian asuransi akan semakin dikenal dan kesadaran masyarakat untuk berasuransi diharapkan juga akan meningkat.
Namun dibalik itu semua, memilih untuk berasuransi atau tidak adalah suatu pilihan. Kita mungkin tidak akan merasakan dampaknya sekarang, mungkin setahun, dua tahun, lima bahkan sepuluh tahun kemudian kita baru menyadarinya. Bahkan mungkin pula, tanpa perlindungan, kehidupan kita akan tetap aman-aman saja. Semua bisa terjadi, tidak ada seorang pun yang tahu apakah risiko akan menjadi kenyataan atau tidak. 

Tetapi bagaimanapun, masa depan yang kita cita-citakan harus mulai dibangun dari detik ini juga. Dan berbicara masa depan, sangat erat kaitannya dengan kemampuan kita untuk mengelola resiko hari ini, esok, dan seterusnya.
PENUTUP
Membangun kesadaran masyarakat untuk berasuransi memang menuntut kebersamaan seluruh komponen industri asuransi dan regulator. Tanpa semua itu, hanyalah sebuah kesia-siaan. Diharapkan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi, maka kemandirian dan kesejahteraan masyarakat juga